Bulan Purnama, 21 Desember 2010 jam 10 malam

Posted on Desember 21, 2010

0


Bulan purnama
Di atas kuburan.

Itu sepenggal sajak karya Saut Situmorang yang judulnya “Malam Lebaran”. Sangat mengesankan buat saya karena begitu singkat namun begitu tepat menangkap suasana malam lebaran. Luar biasa! Suasana khusyuk sekaligus mistis tergambar dengan indahnya pada dua baris puisi itu.
Tapi saya bukan mau berpuisi ria disini. Saya hanya sedang mengagumi keindahan bulan purnama di atas balkon rumah saya malam ini jam sepuluh. Gambar yang saya ambil dengan kamera digital ditambah fisik yang capek plus insomnia yang mendera malam itu memang jadinya tidak terlalu bagus. Tapi who cares?

Bulan purnama senantiasa indah tapi juga mistis. Banyak cerita—fiksi maupun ilmiah—yang menggambarkan kedahsyatan bulan purnama. Pada saat itu gravitasi bulan sedang paling kuat. Akibatnya laut pasang menjadi lebih tinggi karena airnya tertarik oleh Sang Dewi Malam itu.

Pengaruhnya terhadap dunia batin juga tidak bisa disepelekan. Banyak cerita tentang mood beberapa orang yang berubah drastis ketika bulan purnama muncul di langit. Yang semula moody menjadi agak tenang; sebaliknya yang semula tenang menjadi agak gelisah. Saya tidak tahu Anda termasuk yang mana. Mungkin Anda tidak perduli dan mau bulan purnama mau bulan sabit mau bulan-bulanan, Anda memilih untuk tidur ngorok di ranjang. Atau seperti saya, memilih menikmati pemandangan itu di kegelapan balkon (lampunya sengaja saya matikan), dan menghentikan semua pikiran rasional untuk menikmati lukisan alam itu seperti seorang anak kecil yang polos memandang sepenggal alam lain. . . .

The beauty simply defies any verbal description . . .

Oh, iya, pagi sampai sore sehari-hari saya menjadi dosen di Universitas Ma Chung (https://machung.ac.id)

Posted in: Uncategorized