Judul itu bukan ungkapan rasis. Judul itu hanya berisi ungkapan keheranan dan mungkin juga setengahnya ketakjuban, tapi yang jelas bukan penghinaan atau kekesalan.
Paman saya menikah dengan wanita keturunan Tionghoa. Sepupu saya juga ikut-ikutan. Lalu saya pun akhirnya mengikuti jejak mereka. Apakah janjian? Ndak lah. Mana ada kawin janjian ma saudara? Ya kebetulan aja. Kenapa saya suka wanita keturunan Tionghoa, dan sebaliknya (ya eyaaa laaah, kalo ndak mana bisa kawin ma dia??)? Ya, ndak tahu. Saya terakhir kali suka sama gadis Indonesia asli adalah ketika kelas 3 SMP. Ketika menginjak bangku SMA, selera saya berubah sama sekali tanpa saya sadar kenapa. Saya jadi lebih suka mendekati gadis keturunan Tionghoa . . . . . dan sebaliknya. . . .
Disuatu kursus privat, istri saya yang menjadi guru kursusnya ditanya muridnya, seorang wanita usia 50 an tahun lebih: “Suami kamu kerja apa?”. Istri saya bilang : “Oh, dia dosen. Suamiku orang Indonesia asli, kok, bukan Zhongguo ren.”
Terdiam sejenak. Kaget mungkin.
“Ya, ndak papa,” wanita itu akhirnya bilang. “Sekarang ya udah sama kok. Dulu anggapannya yang Indonesia asli itu lebih jelek, tapi lha sekarang ya ada juga orang yang ndak baik dari keturunan Tionghoa.”
“Iya,” jawab istri saya.
“Ya, tapi kalau saya boleh bilang,” demikian wanita itu meneruskan, “eman ya,kamu tuh nikah sama orang Indonesia asli?”
“Kenapa?”
“Ya, karena kamu tuh pinter dan cantik, dan bla bla bla. . . .”
Saya hanya tersenyum simpul mendengar ceritanya itu. Yah, saya maklum. Sudah bisa dipahami, dan dimaklumi. Ya sudah, direlakan saja dirasani kayak gitu. Kesimpulannya: kalau Anda adalah wanita keturunan Tionghoa yang cantik dan pinter, jangan menikah dengan orang Indonesia pribumi. Karena apa? Ya, karena eman itu tadi, ha ha haa!
Perkara cinta beda ras ini bisa berkaitan dengan surga dan neraka. Beberapa orang tua dari kalangan etnis Tionghoa tidak segan-segan membuang anaknya kalau sang anak ternyata jatuh cinta dan nekad menikahi pria pribumi. Bayangkan! Orang tua tega membuang anaknya bukan karena sang anak bejat atau gimana tapi karena menikahi sesama manusia yang di mata mereka lebih rendah, apa ndak neraka ganjarannya?
Apakah dari kaum pribumi juga ada yang begitu? Ya, tolong kasih tahu kalau ada sebab sejauh yang saya tahu tidak ada orang tua dari etnis non Cina yang tega membuang anaknya karena si anak menikahi manusia beda ras.
Sentimen ras ini konon mulai padam seiring dengan munculnya gelombang reformasi yang menggantikan era kelam Orde Baru. Tapi apa iya demikian? Ternyata ndak juga. Banyak mahasiswa dari kalangan etnis Tionghoa di salah satu universitas terkenal di Surabaya yang protes kebijakan kampusnya menerima mahasiswa-mahasiswa “huana” (sebutan derogatif dari kalangan etnis Tionghoa untuk pribumi). Beberapa mahasiswa etnis Tionghoa dari kampus saya juga tidak segan pindah ke kampus rasis di Surabaya setelah melihat beberapa temannya berjilbab. Wew! Kalau generasi Orde Baru masih rasis ya bisa dipahamilah karena taktik rezim saat itu yang diam-diam rasis. Tapi kalau generasi Millennial ternyata masih sama rasisnya dengan papa mama dan engkong emak mereka, wah, ini berbahaya bagi bangsa.
Kenapa orang keturunan Tionghoa cenderung tidak suka “huana”? Jawabannya singkat saja (saya baca dari sebuah milis): “mau digimanakan juga, orang etnis Tionghoa merasa dirinya berderajat lebih tinggi daripada pribumi”.
Oke lah. Ya sudah, mau diapakan lagi. Rasisme tidak akan pernah mati dan saya juga tidak mau berlagak sok baik dan sok bijak menyarankan sikap ini itu.
***
Orang-orang dari asosiasi FG–asosiasi Tionghoa– di Blitar ini nekad datang ke rumah saya minggu sore kemarin. Sudah gitu mereka memberi saya bingkisan parcel, lengkap dengan selempang bertuliskan “Selamat Hari Raya Lebaran.” Maka saya silakan mereka duduk walaupun saya ngomel dalam hati: “sialan ni orang, ndak tahu apa kalau saya paling males nemui tamu yang berkaitan dengan urusan kantor di rumah??”.
Biyuh, ndak puas suami istri, anak sama cucu-cucunya dibawa sekalian. Sementara cucunya mainan hamster, sang suami dan istrinya berunding dengan saya tentang proyek pengajaran bahasa Mandarin yang sudah saya lakukan dengan bantuan Ciyu Fish. Setelah omong punya omong, istri saya datang membawa minuman. Sesaat kemudian, salah seorang dari mereka berkata: “Wah, kami ndak nyangka lho bahwa Bapak ini ternyata orang keturunan Cina.”
Haah? “Lho, saya bukan keturunan Cina,” jawab saya, setengah terheran-heran juga.
“Haah? Masa iya??,” mereka serempak keheranan. “Lho, tapi tadi istrinya kok Chinese?”
“Lho, iya, istri saya keturunan Cina, tapi saya ini asli Jawa, arek Malang asli.”
Dhiengng!!
Suasana mendadak kaku. Akhirnya sang Ibu itu berkata: “Yah, sekarang kan ya sama aja ya, ndak ada yang namanya pribumi atau Cina; wis sama-sama orang Indonesia kok.” Saya hanya mengangguk-angguk. “Ya, itu ungkapan pelunak yang biasanya dikatakan kalau situasi jadi agak ndak enak karena mendadak perbedaan ras tadi menyeruak ke pembicaraan yang santun”, demikian pikir saya.
Ternyata cerita masih berlanjut. Malam-malam Ciyu Fish (lha ini juga lao shi dari China yang selama ini banyak bekerja sama dengan saya di proyek pengajaran ini) mem BB chat: “Mereka kaget kamu bukan Cina. Mereka tanya apa kamu ndak apa-apa dikasih bingkisan Lebaran tadi?”
“Yah, mau apa-apa gimana?” batin saya. “Kaget ya sudah. Nasib, ha haha!”. Adapun bingkisan itu ternyata isinya roti macam-macam, mulai Khong Guan sampai sarden. Saya bawa sebagian ke kantor untuk camilan. Kalau dulu di DPM ada Pisces no. 2 yang rajin membawa camilan, sekarang di kantor saya yang baru ada aja “kiriman salah” yang membuat saya tidak akan kelaparan ketika bekerja keras sebagai Dekan. Siip thok wes!
***
Pengalaman tak terlupakan adalah ketika sebagai Dekan saya membawahi beberapa dosen dan Kaprodi dari Jinan. Ternyata bahasa Inggris mereka hmmm. . . . cukup membuat saya dan Wakil Dekan saya miris karena komunikasi jadi agak ndak nyambung. Maklum, bahasa Inggris mereka masih sangat kental beraksen Tionghoa, sementara kami berdua tidak bisa berbahasa Mandarin sama sekali. Ditanya ” apa kamu sudah menerima sms dari saya?”, dijawabnya “Oh, yes, yes, yes. Berapa nomer ponselmu?”. Wakil Dekan saya bilang, setengahnya menyalahkan saya, “kamu sih, ngomong Inggrisnya terlalu canggih. Dia ndak paham!” Nah, celaka. Lha iya lah, masa saya bilang begini ketika rapat pertama “In keeping with the spirit of maintaining our quality . . . ,” yiaaa! Sang dosen dari negeri Tirai Bambu cuma tersenyum manis, kemudian menjawab dengan kata-kata yang gak nyambung blas dengan pernyataan saya tadi. Oh, cia(la)aaaatt!! Ha ha ha! Fei chang hao!
O, ya, saya bisa nulis kek gini karena saya bekerja di Universitas Ma Chung, sebuah kampus yang didirikan oleh para pengusaha Tionghoa tapi isinya adalah kemajemukan, ndak eksklusif hanya untuk mahasiswa Tionghoa saja. Websitenya ada di https://machung.ac.id/
Post note:
eman (bs. jawa) = sayang; too bad, dalam bahasa Inggrisnya.
tomi psyga
Mei 23, 2013
wah berarti hoki situ bagus bisa dapat istri chines, faktanya aja gadis chines itu paling anti menikah sama pribumi….
machungaiwo
Mei 24, 2013
Iya, itu juga salah satu sikap rasis, walaupun kalau dirunut2 ya selalu ada penjelasannya. Kebanyakan yang begitu karena cara pandangnya terhadap orang pribumi sudah dibentuk oleh orangtua dan lingkungannya. Ya semoga kelak kalau sudah dewasa mereka tidak meneruskan cara pandang rasis ini ke keturunan selanjutnya. Thanks komennya.
Patrisius
rendddd
Juni 2, 2013
Apakah bisa org jawa nikah dgn perempuan chines saya sih masi ragu kalau emang jodohh si kluarga chines mengijinkan apa tidak yaa saya emang jawa tapi sering bergaul dgn chines tolong solusinya ya di kirim ke e mail trims
machungaiwo
Juni 3, 2013
Bisa, lha buktinya saya Jawa punya istri keturunan Tionghoa, dulu pacarannya juga sama yang Tionghoa. Ya, keluarga Tionghoa , palagi yg merasakan ndak enaknya Orba, memang bisa dimengerti kalau rasis. Ya, sekarang oun juga masih ada sih yang rasis abis. Resepnya? Ya jadilah pria yang baik, punya masa depan yang cerah (punya pekerjaan atau sekolah dengan gelar yang tinggi), dan menunjukkan sikap tanggung jawab dan cekatan. Itu dulu deh, semoga sukses.
Lily
Oktober 5, 2013
biasanya kalo masih satu keyakinan, bisa lebih mudah. Kcuali sdh beda keyakinan agak susah menyatukannya. betul ga pak? sukses terus yah
machungaiwo
Oktober 5, 2013
Iya, Lily, kalo beda agama malah tambah rumit masalahnya dan menyimpan potensi bubar di tengah jalan. Terima kasih komentarnya.
Patris
aditya setyo aji (@ADIT_LIEM)
Oktober 21, 2013
ada sarsn nggk bagi pemula spt sy?..aq org jawa, tp jujur aq suka bgt sm prempuan tionghoa..ada sesuatu yg bisa menarikl buat aq..mohon saran ya, gmn biar sy bisa dpt istri org tionghoa (muslim)
machungaiwo
Oktober 22, 2013
Wah, dulu saya pake naluri aja, jadi lupa kalau ditanya caranya 🙂 Yang jelas, orang (wanita, dari suku apapun) jatuh cinta itu karena sifat pria yg pengertian, sabar, setia dan punya masa depan. Itu aja sih. Semoga sukses.
Widya wang
November 13, 2013
Setuju, Laki2 harus spt pohon beringin mengayomi keluarga dan selalu menjalankan apa yg menjadi komitmen kita. Kebetulan kita senasib mas, cuman istri saya cina daratan asli, nanjing dan saya berasal dari salah satu desa di Tabanan, Bali. semua telah kami alami, dari berbelit-belitnya pihak imigrasi sampe adat istiadat, toh istri saya tetap tegar. setelah pacaran jarak jauh cukup lama,akhirnya kami menikah dan punya dua anak cewek yg lucu, bahasa kami ( dirumah saja ) campur2 mandarin-inggris-bahasa bali dan bahasa Indonesia. Anak kami pun berwarna kulit Madu( tak seputih ibunya dan tak secokelat bapaknya hahaha )
machungaiwo
November 13, 2013
Terima kasih Pak Wayan untuk sharingnya. Cinta memang kuat, dan kalau sudah berakar maka halangan seberat apapun ya pasti luluh. Laki-laki dimanapun, apapaun ras atau sukunya ,memang harus jadi pelindung dan pengayom keluarga seperti Bapak katakan.
Salam,
Patrisius
Adit
Februari 1, 2014
Waah enk yah.. Yang ampe bsa nikah ama orng chines gtu ha ha ha , pacar sy chines tp sayng kluarganya tampak tk stuju krna sy kturunan jawa.. tolong solusiny trims
machungaiwo
Februari 1, 2014
Wah, sayang ya masih belum direstui ortunya. Tapi kalau Anda membuktikan bahwa Anda bisa bekerja keras dan memperlakukann dia dengan baik, insya Allah akhirnya hubungannya bisa direstui.
Jia you!
ilmukomputertips
Mei 3, 2014
teman kerjaku org sunda tp istrinya jg tionghoa..
kalau pamanku, istrinya yang org pribumi.
kl menurutku sih, rasisme skrg sudah tidak separah wkt zaman soeharto dlu. kalau dulu, mau merayakan imlek saja harus diam2.. krn tanggalan belum dimerahkan. kl sekarang (tepatnya sejak zaman Gus Dur), org tionghoa lbh diakui sbg slh satu kekayaan budaya & ras di indonesia.
kl dulu, atraksi spt barongsai, pawai budaya tahunan, stasiun tv berbahasa mandarin (spt DAI TV), itu dilarang. kl skrg sudah tidak lagi. bahkan sy lihat atraksi barongsai tahunan di jakarta, separuhnya dimainkan oleh org2 pribumi.
kl perihal sedikitnya org pribumi menikah dgn org tionghoa itu, selain masalah agama, sptnya jg masih dipengaruhi oleh orang2 tua kita yang pernah didiskriminasikan pada masa2nya dulu. jd mungkin ada smacam trauma yg tersisa, atau pandangan buruk thd sifat2 org pribumi. dan pandangan ini dipengaruhi pada anaknya juga.
pandangan spt ini mgkn akan luntur sdiri seiring dgn waktu, apalagi kl sy lihat tp gnerasi muda skrg sptnya sudah byk bisa membaur satu sama lain. smoga aja, pandangan baik spt ini jg bisa menular lg kpd anaknya kelak, shingga imej masa lalu itu bisa dihapus.
machungaiwo
Mei 5, 2014
Yep, betul sekali. Trauma masa lalu menyisakan dendam bawah sadar yang membuat rasisme masih bercokol di dalam sebagian generasi etnis Tionghoa. Ya, semoga dengan berjalannya waktu dan membaiknya hubungan antar ras, stigma dan trauma itu bisa hilang dan bersama-sama semua etnis membangun negeri ini.
ceyi
Agustus 1, 2014
aq org cina tp cwoq org jawa. yaa namax perbedaan … lama2 jg bs d satukan kann… ya emg beda prinsip yaa.. n agak aneh klo jalan, tp apa blh buat. udh trlanjur cinta… hahaha…
machungaiwo
Agustus 2, 2014
Ceyi, trims komennya. Ya, baguslah kalo begitu. Sebenarnya non rasis bisa diwujudkan tidak hrs lewat pernikahan, karena itu sudah ranah pribadi. Tapi kalau lewat hubungan asmara ya lebih bagus.
PID.
Aditya
Agustus 3, 2014
Assalamualaikum
Sy aditya dr palembang
Sy jg suka dgn wanita keturunan tionghoa, alasan ny sy suka dgn pribadi mreka yg mnurut sy sopan
Sy jg pernah pnya pengalaman, bbrapa wktu lalu sy smpat ktmu dgn wanita kturunan & terlihat dy sperti tertarik dgn sy
Sy mw brtny bgaimna cara pertama utk menyapa wanita keturunan biar kta mndpt kesan dr ny, soal ny sy msh ragu krn nnti d cuekin ny
Mohon bntuan ny
Wassalamualaikum
machungaiwo
Agustus 4, 2014
Mas Aditya,
Terimakasih komennya. Saya tidak tahu bagaimana latar hubungan pertemanan Anda dengan wanita tersebut, tapi nampaknya bisa ditindak lanjuti kalau Anda memang serius mau membina hubungan dengan dia. Pengalaman saya, ndak hanya wanita WNI keturunan, semua wanita dari manapun akan terkesan dengan pribadi yang sopan baik dalam tutur kata maupun tindakan, menunjukkan kemauan kerja keras dan syukur kalau berprestasi (soalnya istri saya dulu tertarik sama saya karena prestasi saya yang bagus di kuliah), dan menunjukkan perhatian spesial kepadaanya dengan cara yang pas, tidak berlebihan. Tidak ada cara khusus untuk menyapa, karena di Indonesia, apalagi generasi mudanya, ya sudah egaliter, ndak ada sapaan khusus untuk etnis tertentu, kecuali kalau memang sesama etnis. Kebanyakan wanita suka disapa, diberi perhatian, dan didengarkan.
Jadi itu saja “resep” dari saya. Ndak ada yg sangat spesial tapi semoga bermanfaat 🙂
PID
Aditya
Agustus 4, 2014
Mw tny lg mas
Misal ny kta bisa akrab dgn mereka, apakah kta jg bisa akrab dgn keluarga ny
Mohon pencerahan…
machungaiwo
Agustus 5, 2014
Tergantung keluarganya rasis apa endak. Masih banyak dari keluarga etnis Tionghoa yg rasis. Jangankan pacaran, bergaul aja mereka ndak mau sama suku lain. Keluarga istri saya ndak rasis jadi saya mudah diterima. Tapi untuk menunjukkan bahwa Anda serius, ya jalan satu2nya menunjukkan bahwa anda baik, sopan, mau kerja keras. Pokoknya intinya yang baik2 pasti akan lambat laun diterima, dimanapun dan siapapun yang Anda pacari.
Aditya
Agustus 5, 2014
Oh iy mas, sy dgn wanita keturunan it sbnar ny gk ad hub sma skali, saat itu kmi hny brtmu d tmpt umum tpi sy sngat yakin skali klo wkt it dy tertarik dgn sy
& sejak saat itu sy jg merasakan hal yg sama saat bertmu dgn bbrapa wanita keturunan yg lain, awal ny sy ragu tp setelah sy pikir, mreka sprti ny mmang sdikit trtarik dgn sy…
Apakah kta bisa mndekati mreka dgn cara ikut menyukai hal yg mreka suka sprti mmbahas film” china, soal ny sy prnah lakukn hal tsb kpd wnita kturunan yg lebih tua saat mmbeli ssuatu d toko ny, trnyata mreka mnaruh simpati pd sy & “brkata bru kli ini sy brtmu dgn org (pribumi) yg suka pd film” legenda daratan china”
machungaiwo
Agustus 6, 2014
Ya, bisa saja. Lakukan apa yang membuat mereka merasa tertarik; kalau ngomong tentang film Tionghoa membuat emerka tertarik ya bisa dilanjutkan.
Aditya
Agustus 6, 2014
Trima kasih atas jwban ny mas
Xie xie
Kucing
Oktober 28, 2014
Mas,
kalo boleh tau istrinya dari awal emang muslimah ya? atau pindah mas?
saya skrg sedang bergulat tentang rasis ini mas. saya non-tionghoa (batak/muslim/cowok) dan dia Tionghoa (budha/cewek) .. kami udah sepakat ada yg mengalah tentang kyakinan jika kami menikah, tetapi ortu (mamanya tpi single parent) nya tidak mengizinkan hub.kami, pdhal ortu saya udah mengizinkan. Saya sudah mapan, bertanggung jawab tapi tetap aja tidak diizinkan.. kami udah sangat mencintai mas.. mohon bantuannya mas.. saya benci rasis! ini komitmen saya ingin menikah dgn perbedaan etnis.. 😦
machungaiwo
Oktober 28, 2014
Mas Kucing, saya dan istri Katolik, jadi bukan muslimah, jadi ndak ada masalah beda agama. Saya salut atas kegigihan Anda. Tapi keyakinan mamanya bisa dimengerti. Tidak gampang berpindah keyakinan agama setelah menikah; nanti pasti masih ada aja ganjalannya. Untuk masalah Anda, nampaknya hanya kegigihan melunakkan hati ortunya. Kalau kekasih Anda sudah mantap sama Anda, biasanya itu hanya masalah waktu sebelum sang ortu akhirnya mengijinkan. Selamat berjuang semoga sukses.
PID
Kris
Oktober 21, 2017
Kalau ada biaya, lebih baik menikah di luar negeri, karena di luar hukum negaranya lebih terbuka.
Menikah di negara yang murah saja seperti di singapore, disana cowok muslim bebas menikah dengan cewek non-muslim, namun cewek muslim tidak dapat menikah dengan cowok non-muslim. Karena anda cowok, tentu anda dapat menikah disana.
Syaratnya gampang, cuma harus ada paspor, tinggal selama 2 minggu disana, supaya murah, jangan tinggal di hotel, tapi sewa apartemen bulanan, harganya tidak beda jauh dengan apartemen di jakarta. Setelah itu tinggal lapor ke catatan sipil. Pengalaman teman saya.
Saya agak bingung dengan sistem pernikahan di negara kita, catatan sipil yang logika saya tidak punya hak untuk mengatur agama seseorang saja, mensyaratkan pernikahan se-agama, UU yang aneh, itulah yang membuat semakin marak agama “KTP” doang. Mau sampai kapan juga rasisme tidak dapat dihilangkan dari negeri ini, karena UU sendiri sudah rasis.
haakie
November 16, 2014
Mas mau tanya skalian cari solusi gimana caranya mengatasi adanya rasisme di dalam lingkaran keluarga?
Keluarga istri saya sering rasan2 tentang saya karena saya emang keturunan kompeni alias belanda.padahal sering saya bilang klo jaman hindia belanda boleh lah benci kesaya,tp skarang udah jaman anti penjajah. Tp msh tetep aja ada gunjingan. Boleh bls by email
machungaiwo
November 17, 2014
Mas Haakie, wah, kok sempit sekali cara pandang keluarga istri Anda. Kalau sudah bersatu dalam pernikahan mestinya ndak rasis seperti itu. Caranya? Ya meyakinkan mereka bahwa yg sudah berlalu biarlah berlalu, yg penting adalah sekarang, dan sekarang Anda bisa membuktikan sebagai suami yang baik dan bertanggungjawab.
avyhehe
Januari 13, 2015
Xiansheng, ni hao!
Lagi blogwalking terus kedampar disini hehe 😀
orang malang jg kah? Trs ngajar di machung? Saya jg org malang, salam kenal ya.
masalah rasis emg udh melekat ya di sini, jujur dulu saya waktu kecil jg ga suka sama zhongguoren gara2 pernah dilirikin sinis gitu sama bapak2 chainis, tapi sekarang sy malah ambil kuliah jurusan mandarin… wahaha… sy pernah ketemu chainis yg ramah banget di supermarket, jd sejak saat itu udah ga benci lagi kkk~
machungaiwo
Januari 14, 2015
Xuensheng, ni hao!
Terima kasih ya dah komen. Iya, orang Malang asli. Ya, pengalamannya hampir sama. Saya dulu juga gitu. Semakin dewasa semakin paham perbedaan dan ndak rasis. Memang tidak bisa disamaratakan. Salam, PID.
Yanti
Mei 7, 2015
Menarik sekali karena hampir sama denhan yg saya alami. Bedanya saya wanita muslim pribumi, ‘teman pria’ saya yang keturunan Cina. Saya sendiri tidak mengidolakan pria oriental dan dulu selalu ngefan dan dekat dengan pria2 kulit putih atau Asia Barat atau sesama pribumi, pokoknya yang ganteng menurut saya: hidung mancung, tubuh tinggi atletis. Tapi sejak pindah ke Surabaya yang tertarik pada saya cuma pria2 oriental. Lingkaran pergaulan dan kerja juga dari kalangan mereka meski saya hanya 1x ‘dekat’ dengan salah 1 dari mereka, yaitu dgn koko sahabat saya. Pacar saya yang sekarang keluarganya masih Cina banget. Malah pacar saya dan kokonya waktu remaja dikirim belajar budaya leluhur ke RRC sebelum lanjut pendidikan barat ke negara lain. Mereka juga masih berhubungan erat dan rutin mengunjungi keluarga besar di Fujian dan Hong Kong. Pernah dekat dengan pria ras lain saya bisa bilang jauh lebih sulit menjalin asmara dgn keturunan Cina. Jalan berduapun kami sering diliatin orang. Sama bule aja nggak gini.
machungaiwo
Mei 7, 2015
Yanti, terima kasih komennya. Yah, masyarakat kita mungkin belum terbiasa dengan hubungan antar ras ini. Tapi lama kelamaan kalau tidak ada gejolak berarti seperti Mei 98 ya saya rasa akan terbiasa juga. Selamat menjalin hubungan semoga langgeng.
PID
Yanti
Mei 7, 2015
Maaf nyambung lagi, Pak. Yang saya tahu, lebih sulit bagi pria pribumi mendekati wanita keturunan Cina karena alasan ras dan materi. Kalau Anda pria pribumi yang berpendidikan tinggi, SANGAT mapan, dan (ini juga masuk syarat utama) NON MUSLIM, mungkin Anda bisa merebut hati wanita keturunan Cina. Kalau Anda pria pribumi muslim tapi well educated dan SANGAT mapan, harus ekstra keras berjuang. Tapi kalau bukan dari kalangan the haves dan muslim pula, 99.99% mustahil merebut hati meimei2. Bagi wanita Cina, menikah dgn pribumi berarti anak2nya jadi pribumi padahal bagi mayoritas chinese Indonesian, pribumi lebih rendah drpd zhungguo ren. Sebaliknya banyak pria Cina menyukai wanita pribumi karena menurut mereka sexy. Meski ada anggapan terutama di kalangan para ortu Cina bahwa wanita pribumi hanya boleh jadi pacar atau simpanan putra2 mereka. Istri resmi putra tercinta mereka hanya boleh dari ras Cina dan kalau bisa 1 suku dan status sosial. Ini yang saya tahu 🙂
machungaiwo
Mei 7, 2015
Yanti, ya, betul sekali apa yang Anda katakan. Begitu eksklusifnya yah orang2 Tionghoa ini. Nampaknya sifat itu pula yang setengahnya memicu dinamika di masyarakat kita yang plural tapi sebenarnya bisa jadi menyimpan api dalam sekam. Orang Tionghoa ya musti berkaca diri dan introspektif juga sih kalau menurut saya. Itu saya dengar puluhan tahun yang lalu, dan sekarang pun masih ada pandangan2 serupa itu sekalipun mgkn tidak sedahsyat dulu di jaman orba.
Anonymous
Mei 7, 2015
wah saya lagi ngalamin hal ginian, kasihan ya cinta akan luntur oleh leluhur, sekarang sih saya lagi menjalani hubungan dgn wanita tionghoa. Ngeri-ngeri sedap jadinya apalagi saya Muslim dan Psangan Buddha. *think*
machungaiwo
Mei 10, 2015
Semoga berhasil dalam hubungan yang tegang2 enak itu, Anonym. Death to racism.
Pria Jawa Suka Wanita Tionghoa
Mei 16, 2015
Mas, boleh minta nomer HP atau alamat email?
Saya butuh untuk berkonsultasi dengan Mas.
Terima kasih.
machungaiwo
Mei 16, 2015
Di atis86@gmail.com, mas
Danang Rahadiansyah
Juni 13, 2015
gara gara sma dan kuliah di petra yang notabene siswanya mayoritas chinese..saya juga dulu sempet ‘kecantol’ dengan gadis chinese..
sayangnya hubungan kami tidak berhasil…standar keluarganya tinggi, dan harus saya akui kami memang ‘beda kelas’..tidak ada hubungannya dengan rasis…kalo dipaksakan nanti malah saya yang sengsara hahaha..
tulisan yg bagus pak patris
salam buat istri dan anak2..GOD BLESS
machungaiwo
Juni 15, 2015
Syukurlah kalau bisa menemukan jalan terbaik, pak Danang. Dengan ciri2 seperti itu memang yang namanya peluang jodoh makin sempit, ya untuk mereka sendiri. Terima kasih salamnya.
gede wiryada
September 30, 2015
pagi pak..sya dari bali nama sya GEDE.mau critakan kisah sya yg sngt rumit ,,salam kenal dlu ya pak.
bgini pak kita ketemu di thailand pas liburan dia gadis thionghoa protestan dan saya hindu bali,kami bertemu saling suka dan mencintai satu sama lain…yg jdi halangan ortunya sngt posesif,,mungkin krana beda ras,budaya,dan keyakinan yaaa cara pandang ortunya msih kyak zaman orba pdahal anaknya sll nyuri nyuri waktu buat kita sll bersama….masalhnya gmana caranya kami biar bsa meyakinkan anaknya agar tdk terpaku pda pandangan ortunya..trimkasih pak suksme.
machungaiwo
September 30, 2015
Mas Gede,
Orang tua rasis memang masalah klasik, apalagi kalau sudah dari pihak sananya (etnis Tionghoa). Maklum produk Orba ya umumnya sangat rasis. Apa yang bisa saya sarankan ya sama dengan yg saya katakan di seorang yg punya masalah sama dengan Anda: tunjukkan kesungguhan dalam belajar/bekerja, tampillah percaya diri dan menunjukkan bahwa Anda benar2 serius mencintai sang gadis tersebut. Tunjukkan ke sang gadis bahwa pandangan ortunya mungkin ada benarnya, tapi jaman berubah dan orang pun bisa berubah, sehingga sikap terbuka dan tidak senantaisa menghakmi yang lain sangat diperlukan dalam . suatu relasi. Semoga berhasil.
Huang mei bao
November 1, 2015
Berarti anak anda tidak punya marga karena garis marga di turunkan oleh ayah dan anda bukan chinese ini alasan paling umum. Trus rata2 pribumi otak tanah mnurut org kami . Dan alasan terakhir kejadian 98 . Klo buat yg brgama katolik dan kristen msi bsa brksmpatan buat dptin cici chinese klo islam sangat di tntang.
machungaiwo
November 2, 2015
Huang,
Terima kasih untuk komen rasis Anda. Pribumi otak tanah? Yah, sikap melecehkan ras lain seperti ini juga yang sejatinya mengantar kita pada Mei 1998. Sayang, Anda sudah tua tapi belum sadar juga akan fakta bahwa sejatinya kita ini bersumber dari Satu hidup yang sama, sehingga sikap melecehkan atau membalas dendam itu sebenarnya sama sekali tidak memutus rantai kekerasan. Tentang nama marga, ya tidak menjadi masalah kalau anak-anak saya tidak punya nama marga. Apakah mereka yang bermarga Tionghoa lebih suci atau lebih baik daripada yang tidak?
Patrisius
Huang mei bao
November 11, 2015
Berarti anak anda bukan garis chinese . Boleh tau istri anda bermarga apa? Saya tidak menghina atau mengomentari buruk tapi apa yg saya blg adlah btul. Mnurut sya psti istri anda suda mninggalkan kbudayaan tionghoa contoh : smbhyang kbur, dll. Sbgi sesama tionghoa sya rasa agak sdikit malu mlihat istri anda apalagi istri anda mngajar mndarin. Istri anda tionghoa hokkien? Coba di tnyakan
machungaiwo
November 11, 2015
Saya tidak tahu marganya dan dia juga tidak mempermasalahkan itu. Dia orang Indonesia, titik. Masalah buat Anda??
Istri saya mengajar bahasa Inggris, bukan Mandarin.
Patrisius
machungaiwo
November 11, 2015
Huang, Anda mau malu silakan. Itu urusan Anda, bukan urusan istri saya. Saya ya terus terang bukan hanya malu tapi prihatin masih ada orang seperti Anda yang berkukuh menghakimi sesama manusia semata-mata hanya karena dia “sudah meninggalkan kebudayaan Tionghoa”. Ini Indonesia, bung, tempat dimana manusia harusnya menghargai sesama, lepas dari apapun rasnya.
Patrisius
Tiyo
November 25, 2015
Betul sekali.dangkal sekali pemikiran rasis seperti itu.istri saya dan keluarga besarnya yang tionghoa saja mengatakan bahwa mereka “orang Indonesia” bahkan mereka lebih suka dibilang “jawa berkulit terang dan berwajah oriental” dibanding “cina” ataupun “tionghoa”.
Tiyo
November 25, 2015
Ijin urun rembug.saya dari surabaya, jawa tulen,istri saya tionghoa surabaya.saya muslim dan begitu juga istri saya.yang terjadi dikeluarga istri saya yang nota bene seluruh anggota keluarganya tionghoa sungguh bikin saya salut.mereka sangat berpikiran terbuka, memberikan kebebasan kapada anak2nya termasuk istri saya untuk mencari pendamping hidup.bapak dan ibu istri saya dan juga kakak2 istri saya hanya punya sedikit syarat bagi calon istri dan suami bagi anak2 mereka,yaitu bertanggung jawab dan sayang dengan keluarga.masalah rasial tidak terlintas dipikiran mereka.bahkan istri saya maupun keluarga besarnya tidak mau disebut”tionghoa” dan hanya suka dibilang dengan sebutan “jawa”.bahkan ornamen2 berbau tionghoa satu pun tidak ada sama sekali. Malahan saya sering saya sering menggoda istri saya dengan kata2 “wah istri cinaku cantik banget” dan dia malah membalas dengan nada marah bercanda” aku jowo kulit putih lan sipit, dudu’ cino opo tionghoa”( aku jawa berkulit putih dan sipit, bukan cina atau tionghoa).pernikahan kami laksanakan adat campuran jawa-cina pada acara resepsi dengan indah dan elegan dengan pedang pura.saya berpakaian upacara putih khas TNI AL,istri berpakaian adat jawa karena bersikeras tidak mau memakai pakaian nikah adat cina yg berwarna merah ataupun memakai gaun internasional.alhamdulillah pernikahan kami menginjak tahun ke 7 dengan lancar dan dikaruniai 2 putri yang cantik2. Kakaknya berwajah pribumi mirip papanya yang berkulit gelap ke hitaman,adiknya berkulit putih berwajah oriental banget nurun mamanya.
machungaiwo
November 26, 2015
Pak Tiyo, terima kasih untuk komentarnya yang menyejukkan. Memang untuk keluarga yang berpikiran luas dan tidak semata-mata bersikukuh mempertahankan garis keturunan yang berujung pada sikap eksklusif dan rasis (bahkan kalau dapat peluang mereka bisa seperti Nazi) akan tercipta keharmonisan. Salut untuk Bapak dan keluarga sang istri. Indonesia memerlukan orang-orang dengan pandangan luas seperti itu.
Salam,
PID
FH
Februari 27, 2016
Wkwkwkwkwk… Niceee..
Semoga anaknya ntik gk bingung mau nikah sama yg cina atau yg jawa.. Ikut bapaknya atau ikut ibunya.. Kayak aku #ehhh.. 😁😂
machungaiwo
Februari 27, 2016
Lho, Fika, kamu juga keturunan campuran to?
Ya, kalo anak-anak sih ndak tau nanti pasti punya selera sendiri. Yang penting langgeng dan rukun 🙂
PID
RS
Maret 6, 2016
Rasisme memang sulit dihilangkan dalam pikiran manusia dan tanpa sadar dilakukan oleh semua pihak. Pendapat yang mengatakan bahwa orang2 suku tertentu punya pikiran rasis / memandang rendah terhadap ras kita, menurut saya juga merupakan pemikiran yang rasis dalam bentuk lain. Yang penting sama-sama mawas diri dan introspeksi aja, boss.
machungaiwo
Maret 6, 2016
Terima kasih komennya, dul.
child of God
Maret 6, 2016
Selamat siang pak. Saya juga asli dari malang. Mau ikutan share pengalaman. Saya cewek jawa katolik yg skarang sedang berpacaran dgn cowok cina kristen. Awal kami dekat orangtua nya tak mempermasalahkan ras sehingga kami bisa bersama. Tp semakin kesini keluarga besarnya (cowok) tdk menyetujui hubungan kami, ortunya jd ikutan g stuju juga. Sehingga dia menyatakan berpisah. Tetapi meskipun sdh ada kata pisah kami masih sama2 jalan bersama. Masih ttp seperti waktu pacaran. Mohon pencerahannya pak. Gbu
machungaiwo
Maret 6, 2016
Wah, sayang ya kisah cintanya terhambat sikap rasis ortunya. Udah pisah, tp masih berteman? Ya pasti akan jatuh cinta lagi dan bermesraan lagi karena pd dasarnya masih saling menginginkan. Ya, semoga ortunya bisa merestui, atau kalian pikir baik2 benarkah cocok. Kalau iya, ya sudah, lanjutkan saja 🙂
DragonSlayer
Juni 20, 2016
mas saya mau nanya nih, gimana yah cara nya mendekati cwek tionghoa? misalkan kita mau kenalan sama mereka atau sekedar menyapanya, jujur saya setiap kali nongkrong atau bareng hanghout bareng sama temen2 di cafe2 atau di resto2 gitu banyak dri mereka (Cewek tionghoa) melirik kepada saya??? apakah ini yg nama nya kode bahwa mereka suka sama saya? yah mungkin juga ini dikarenakan saya itu ganteng,manis,kulit hitam sawo matang,badan besar tinggi, dan gigi bertaring hehehe
Valencia lee
Agustus 27, 2016
Kl saya pribadi gak kan cari cow pribumi, bkn krn ortu dsb, ortu saya malahan mendukung apa pun pilihan saya, saya pny kejadian begini, dl sewkt masi sekolah saya bahkan gk tau saya tu chinese, dan pada saat kerusuhan thn 98 pembantai etnis tionghoa saya br menyadari kl kita mmg beda, parahnya ada tmn baekku yg kebetulan pribumi pd saat kerusuhan mengusir sya “pulang aja kau ke cina”, perasaan saat itu sgt sakit, bygkan tmn dr kecil hingga sekolah bisa mengucapkan kata” demikian, y mudah”an kata” tmnku yg rasis itu terwujud, saya bahkan gk tgl diindonesia lg, nb.SARAN SAYA, UTK CEW CHINESE JGN PERNAH MENIKAH DGN COW PRIBUMI APAPUN ALASANNYA, CARILAH YG SEBUDAYA, thx.
machungaiwo
Agustus 28, 2016
Ikut prihatin atas tragedi itu dan atas ikut bergabungnya kamu ke neraka kebencian tanpa akhir.
Patrisius
D D
Oktober 21, 2017
It is not hate but just a warning. Thanks for accusing us Chineses like this.
Namo Buddhaya
ryuto
September 26, 2016
saya seorang pribumi saya muslim, saya berpacaran dengan seorang cewe chinese yg bapaknya menjadi bos saya di sebuah perusahaan. diluar perusahaan jg saya mempunyai bisnis bisa dikatakan kerja diperusahaan itu sebenernya untuk pelarian saja karena boring sudah 5 tahun bergerak di bisnis online akhirnya sy kerja lagi, dan bisnis saya dipegang saudara saya saat ini , sedikit cerita, saya orangnya gak terlalu pilih2 kalo masalah perempuan, yg penting baik sopan dan orangnya pengertian, tak terlintas sedikitpun untuk mempunyai cw chinese dari dulu sebenernya, kebeneran saya dan bapaknya emg akrab terus sering guyon bareng terus sering di ajak jalan2 jg kalo lagi bete sudahn ky sahabat deh pokonya umur saya 25th dan bos saya sekitar 40 lebih tp kelakuan tetep ky masih 17 keduannya hahaha, dari situ sy gak tau kalo bos sy mempunyai seorang anak perempuan umurnya 22th sewaktu main kerumah sy dikenalin oleh bos saya pd anaknya, lalu tukeran kontak deh disitu, dimulai dri chat iseng2 terus ketemuan dan jadian deh akhirnya, tapi hubungan ini belum diketahui oleh ortu saya maupun ortu cw saya yg sekaligus menjadi bos saya. berfikir disinilah ujian terberatnya saatnya menunjukan peran pria yg serius ingin menikahi anaknya dengan bertanggung jawab dang melindungi dia sampai akhir hayat. mau cewe afrika,eropa, amerika sampai mongolia jg sama semua, mereka ingin anaknya bahagia dan tidak terlantarkan, oleh karena itu buat teman2 yg mengalami kejadian seperti saya, kalian tidak sendirian bro..disini saya jg sedang berjuang untuk kebahagiaan saya. intinya cewe itu sebenernya cuman pingin cowo yg bisa melindungi dia dan pengertian, cinta itu gak kenal suku,ras,agama, semua org bisa jatuh cinta pd siapa saja dengan tiba – tiba.
machungaiwo
September 26, 2016
Terima kasih untuk sharingnya, Ryuto. Ya, setuju sekali dengan pandangan itu.
Oncom
April 19, 2023
Jadinya gmn skrg udh nika?
machungaiwo
April 19, 2023
Moga udah.
Bernardus Evan
Mei 16, 2017
Wah, pengalaman bapak ini sungguh langkah. Mampu menikah dgn cwe chinese dan anak tunggal pula. Secara hitungan “politik” akan sulit kalo menikah dgn anak tunggal. Pihak ortu mesti akan mati2an menjaga anaknya. Kalo mash ada sauadara, katakan 2 bersaudara peluang msh terbuka lebar.
Salam evan, surabaya
machungaiwo
Mei 16, 2017
Hi Evan, ya, memang saya beruntung :). Kata orang memang sulit kalau mau menikahi anak tunggal dari etnis Tionghoa. Ya, kalau belum bisa, ya mgkn memang bukan jodohnya 🙂
Shan Lee
September 3, 2017
Saya blesteran sih,
dari ayah orang indonesia,
dari ibu orang cina bermarga Lee…
Jadi saya gak punya marga sebenarnya,,,
Tapi tetep ada kesulitan tersendiri ce,
Ketika saya suka sama cewek pribumi,
Mereka rata2 mnolak saya karena kluarga mreka beranggapa saya ini cina dan yah bayangan mereka orang cina itu gak mungkin bisa berbaur dengan kluarga saya, akhirnya saya ditolak sana sini sama kluarga mereka…
Kbetulan muka saya emang seperti mandarin asli, putih to tok…
Tapi lain hal nya klo saya sama cewek chinese..
Mereka welcome dengan saya..
Kluarganya juga..
Tapi masalahnya saya gak punya marga, karena ayah saya orang indonesia asli..
Itu gimana ya cee… mau nangis rasanya…
machungaiwo
September 3, 2017
Wah, ikut prihatin dengan situasi Anda. Lha sekarang pertanyaannya Anda suka cewek yang mana? Kalau sudah suka sama suka, lama2 halangan itu ya akan teratasi. Saya juga punya kok kenalan yg begitu. Ditolak mentah2, tapi ya tetap nekad menikah, dan akhirnya bisa diterima oleh keluarganya.
Kris
Oktober 21, 2017
Semua tergantung tingkat pendidikan keluarga masing2, semakin tinggi pendidikannya, semakin open minded dan biasanya tidak rasis.
Orang tua yang tidak setuju terdapat di berbagai suku, mereka cenderung merestui jika anaknya menikah dengan satu suku, apalagi yang (maaf) kurang berpendidikan.
Saya cowo keturunan tionghoa yang suka sekali cewek Jawa, setelah pacaran dengan beberapa wanita dari suku yang berbeda, sekarang saya hanya menyukai wanita Jawa, karena dimata saya mereka itu hitam manis, sopan, lemah lembut, keibuan, cocok dijadikan istri.
Orang tua saya sendiri merestui dan memberikan kebebasan saya untuk memilih pasangan terserah dari suku apapun, bahkan dari agama apapun. Karena kami berpikir kalau semua manusia itu sama, suku, ras dan agama tidak penting, saya sejak kecil diajari untuk mengasihi sesama tidak perduli apa latar belakangnya.
Namun ternyata beberapa kali saya ditolak oleh keluarga pacar saya, mereka menginginkan anaknya untuk pacaran dengan orang jawa juga. Bahkan pengalaman pahit saya di hina dan di maki2 dengan bahasa yang tidak pantas juga pernah beberapa kali. Karena saya dari keluarga biasa saja, dan dia dari keluarga kaya raya.
Tapi selang 2 tahun sabar menghadapi itu, dan terus membuktikan kalau saya ini pantas, kebetulan saya orangnya rajin sekali bekerja, jadi mereka yakin kalau anaknya akan hidup layak. Mereka pun akhirnya merestui saya. Dan sekarang saya sudah punya anak 1.
Sepertinya banyak yang komen bahwa mereka minder mendekati orang cina, itu normal, dan menurut saya tidak hanya berlaku ke orang cina saja, tapi memang untuk mendekati wanita dari beda suku memang membuat ragu dan takut karena perbedaan budaya.
Saya sendiri dulu suka ragu kalau mau mendekati cewek jawa, karena takut orang tuanya tidak setuju, dan takut si cewek sendiri pun tidak setuju. Tapi ya percaya diri saja, kalau jodoh ya pasti klop, kalau tidak klop, mau dari suku yang sama juga pasti tidak akan berjalan.
Yang menurut saya paling sulit dan hampir tidak mungkin adalah mendekati cewek lokal yang keluarganya memiliki latar belakang pendidikan rendah, kalau dari keluarga berlatar intelektual biasanya lebih gampang.
machungaiwo
Oktober 22, 2017
Kris, terima kasih untuk sharingnya. Ya begitulah hidup di dunia yang manusianya tidak sadar bahwa mereka sebenarnya satu jiwa. Selamat ya Anda sudah menikah dan punya anak. Memang jodoh dan rejeki selalu terbuka untuk pria yang rajin bekerja.
Andre Yamin
Desember 2, 2017
saya pernah ketemu ama orang sumatra ( aceh )sok ikut campur menentu jodoh orang lain . ,saya menunjukan calon saya prempuan orang jepang . teman mama ku tdk begitu suka alias dingin terhadap prempuan jepang . dia selalu main paksa suruh pilih prempuan aceh dan sumbawa . kata dia harus nikah antara 2 suku aceh atau sumbawa . tetapi saya tdk mau . jaman sekarang sudah tdk ada zaman lagi main paksa suruh nikah ama kemauan teman mamaku 2 suku ( baik aceh atau sumbawa ) . saya ada teman orang sumbawa nikah beda non sumbawa seperti jawa ,cina ,eropa ,jepang ,dll . itu tdk adil . sehingga teman mamaku orang aceh sudah rasis ikut campur urusan jodoh saya . tetapi saya tetap pilih prempuan jepang . keputusan sudah bulat .tdk ada seorang ikut campur . jodoh tdk bs di tentukan ama orang lain . jodoh di pilih atas kemauan diri sendiri . mau nikah ama ama suku cina ,korea,jepang . itu hal hak seseorang .
machungaiwo
Desember 2, 2017
Sdr Andre Yamin, terima kasih komentarnya. Betul, hak seseorang adalah menentukan pilihan pasangan hidupnya. Ya orang lain berahk kasih nasehat berdasarkan pengalamannya, tapi kalau memang Anda sudah mantap dengan wanita Jepang ya keputusan itu harus dihormati.
Aufa Anjali
Desember 3, 2017
Sy wanita jawa dan sudah menikah hampir 5 tahun dengan laki2 tionghoa.
Pada dasarnya kehidupan rumah tangga kami sgt bahagia, penuh dengan cinta, dan tidak kekurangan.
Sy sgt bersyukur mendapatkan suami yg begitu baik dan jg sgt sayang pd istri dan anak2.
Hanya satu yg sy rasa kurang dalam kehidupan pernikahan kami sampai detik ini yaitu restu dr ortu suami.
Seringkali sy merasa bersalah dlm hati krn menyebabkan suami sy diusir dr rumah oleh ortunya semenjak menikah dgn sy tanpa persetujuan keluarganya. Sedikitpun keluarganya tidak memperdulikan kami lagi.
Dr sebelum menikah ortunya begitu membenci sy. Mereka sama sekali tidak rela anak laki2 tertuanya menikahi wanita jawa muslim, apalagi suami sy berpindah mengikuti agama sy.
Selain itu perbedaan sosial ekonomi keluarga sy dan suami yg begitu mencolok menambah ketakutan keluarga suami sy seolah2 sy ini seorang pemburu harta.
Ntah apakah suatu saat pintu hati keluarga suami sy akan dapat terbuka utk dapat merestui pernikahan kami dan menjadi pelengkap kebahagiaan kami.
machungaiwo
Desember 3, 2017
Terima kasih sharingnya. Syukurlah kalau keluarga Mbak baik-baik saja dan suami juga baik. Tentang orang tuanya, ya memang tingkat kemanusiaannya hanya sebatas rasnya. Mereka nampaknya sudah memesan tiket ke neraka dengan membuang anaknya. Bayangkan, orang tua tega membuang anaknya karena sang anak menuruti keinginan hatinya. Ya sudah, biarlah waktu dan alam yang memberi mereka penyadaran.
Edo P. Jhosua T.
Februari 21, 2018
btw, gimana cara om ketemu mertua om ? karena istri om kan chinese dan om jawa tulen… i have same prob,, mybe it will help..
machungaiwo
Februari 21, 2018
Ya ketemu gitu aja. Mertua saya hanya satu yaitu ibunya istri saya karena papanya sudah meninggal. Kebetulan mertua saya tidak rasis jadi ya tidak berkeberatan ketika putrinya saya pacari. Kalau reputasi kita sudah baik dan menampakkan diri sebagai pria bertanggungjawab dan mau gigih menghidupi keluarga ya sebenarnya tidak masalah.