Cinta Chemistry

Posted on Maret 16, 2010

7


“Kamu kenapa sih senang sama cowok itu? Padahal dia nggak keren-keren amat lho. Masih banyak yang lebih cakep.”

“Ya, iya sih. Tapi, entah ya, dengan dia aku bisa nyambung, gitu. Omongan kami nyambung. Perasaan kami juga nyambung, bahkan mood nyapun sering sama.”

“Mungkin itu yang dinamakan chemistry, ya? Secara fisik, tidak potensial menjadi pasangan, tapi karena ada chemistry tadi itu, maka enak jalan bareng dia.”

“Chemistry? Mmm, kurang tahu ya. Saya pernah dengar sih istilah itu. Ya, mungkin juga . . .”
. . . . . . .

“Kamu kenapa tidak pacaran saja sama si K? Kan kalian satu kelas, sering kerja kelompok bareng; dia pinter, kamu juga pinter, IP kalian selalu di atas 3. Tampangnya lumayan, dan kamu juga tergolong cakep.”

“Ya, . . . iya sih. Tapi nggak ada chemistry nya tuh. Selama ini ya sering kerja bareng, belajar bareng, ya karena sudah dikelompokkan sama dosennya. Kami sama-sama good –looking, dan tergolong yang bright students. Tapi ya, . . . nggak ada chemistry nya, nggak ada grengnya, biasa aja, datar aja. Jadi biar kayaknya serasi, kami nggak pernah kepikiran pacaran.”
. . . . . . . .

Ada tiga kata yang unik: “chemistry” “nyambung, dan “greng”. Benda abstrak apakah mereka ini? Kebanyakan mereka mewarnai wacana tentang hubungan romantis pria dan wanita (posting ini tidak membahas yang hombreng atau lesbi-Red). Sering saya dengar dan baca, tapi ternyata tidak mudah juga mendefinisikannya.

“Chemistry itu, gampangnya, adalah perasaan bersemangat dan nyaman ketika kita melihat pada mata atau wajah seseorang, dan makin menjadi-jadi ketika kita sudah ngomong dengan dia,” demikian kata editor blog ini, mencoba menyumbangkan pendapatnya. “Nah, biasanya diikuti dengan perasaan nyambung itu tadi. Maksudnya, setiap omongan kamu ditanggapi dengan antusias olehnya, dan tanggapan dia juga membuat kamu antusias untuk bicara lebih panjang. Nah, itu . . . . nyambung!”

Saya diam. Merenungkan artinya.

“Yaah, biasanya diikuti juga oleh perasaan deg-deg an, kayak agak tegang tapi tegang-tegang yang gimanaaaa, gitu. Excited, mungkin, istilah Inggrisnya”, si editor menambahkan setelah menghembuskan asap Djarum Supernya.

“Oo, mungkin itu yang disebut ‘greng’ tadi itu, ya Pak?” kata saya.

“Persiiiiiiss,” si mentor mengangguk.

“Ha ha haaa! Bapak pengalaman kalau soal beginian yah?” goda saya.

. . . .

Beberapa bulan kemudian, saya ketemu lagi dengan si responden pertama y ang sudah merasakan “chemistry” itu. Tumben, dia jalan sendirian, nggak bareng si cowok itu lagi.

“Lho, si F mana?”

“Oh, kami udah bubaran seminggu yang lalu,” jawabnya enteng.

“Haaahh??!!”

“Iya, udah nggak ada chemistry nya lagi. Udah habis, ha ha haa!”

Posted in: Uncategorized